Banda Aceh, Viralutama.co.id -Kolonel. Inf. (Purn) Sri Radjasa Chandra angkat bicara perihal penegasan Ketua DPA Partai Aceh Teungku Muzakir Manaf atau Mualem terkait laporan Makmur Budiman terhadap Muhammad Shaleh dengan dugaan pencemaran nama baik di Polda Aceh pada 15 April 2020, lalu.

Menurut Kol.Inf.(Purn) Sri Radjasa, pernyataan Mualem selaku Ketua Umum DPA Partai Aceh di Tabloid Modus pada 24 April 2020, menyikapi sengketa hukum antara Mohd. Saleh yang merupakan Jubir Partai Aceh (Pemred Modus Aceh) dengan Makmur Budiman, patut menjadi catatan penting yang memiliki nilai edukasi tentang etika kepemimpinan.”

“Di tengah menguatnya keprihatinan masyarakat terhadap kualitas dan kapasitas pemimpin dalam konteks penegakan supremasi hukum dan keadilan sosial, sosok Mualem hadir dengan pernyataan yang elegan dan tegas mengatakan : Hargai dan hormati kerja polisi, percaya polisi akan bekerja profesional.” Menurut saya pernyataan tersebut telah memberikan kesejukan di tengah carut marutnya dinamika kehidupan sosial politik dan ekonomi di Aceh,” kata Sri Radjasa Chandra dalam siaran pers yang dikirim ke Viralutama.co.id, Sabtu (25/04/2020).

Ia melanjutkan,”Kehadiran tokoh yang memiliki kapasitas moral dan mental Negarawan, merupakan harapan rakyat Aceh yang tidak muluk-muluk. Jika mencermati kondisi aktual di Aceh, dengan kekayaan sumber daya alam yang mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, rakyat Aceh seperti anak ayam kehilangan induk.”

“Saat ini keterpurukan terjadi di semua sektor sendi sendi kehidupan. Ini akibat tata kelola Pemerintah Aceh yang buruk. Serta kepemimpinan yang tidak mengedepankan pendekatan problem solving terhadap kesulitan yang dihadapi rakyat. Pemerintah dan pemimpin saat ini justru bagian dari masalah yang harus diberikan obat.”

Kembali ke soal kisruh Muhamad  Shaleh dan Makmur Budiman, Sri Radjasa Chandra kembali mengatakan, di balik perseteruan Makmur dan Shaleh, ada hikmah yang patut disyukuri oleh rakyat Aceh, yaitu hadirnya sosok Mualem yang menunjukan kapasitas kepemimpinan yang mampu berdiri di atas semua kepentingan serta memberikan koridor bagi terwujudkan rasa keadilan dalam proses penegakan hukum.”

“Saya kira pernyataan Mualem harus diapresiasi, itu menandakan bahwa pemimpin dalam suatu organisasi hadir, dan menyikapi problem dengan sehat,” Kata Sri Radjasa.

Hal tersebut tercermin dari pernyataan Mualem: Masalah Makmur dan Shaleh adalah persoalan pribadi, oleh karenanya tidak ada sangkut paut dengan Partai Aceh.

“Mualem adalah aset Aceh yang sudah teruji oleh perjalanan sejarah Aceh. Harapan ke depan figur pemimpin Aceh, tidak sekedar sebagai tokoh politik namun memiliki kualitas dan kapasitas Negarawan.”

“Sosok pemimpin harus berani menanggung kesulitan rakyat, bukan menunggangi kepentingan rakyat,” ujar Sri Radjasa.**