Banda Aceh, Viralutama.co.id- Satu Harimau Sumatera yang berada tidak jauh dari permukiman masyarakat di Subulussalam, Aceh ditangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA) kini kembali memasang perangkap untuk menangkap satu ekor satwa liar dilindungi tersebut yang kini masih berkeliaran.

“Sebagai upaya penyelamatan, tim memasang perangkap untuk satu individu harimau lainnya yang menunjukkan luka pada bagian kaki kanan depan dan diduga masih berada di sekitar lokasi,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto kepada wartawan, Senin 9 Maret 2020 kemarin.

Tim gabungan yang terdiri dari BKSDA Aceh bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), WCS-IP, FKL, PKSL Unsyiah, Kepolisian dan TNI terus melakukan upaya penyelamatan. Harimau tersebut yang berkeliaran di sekitar Desa Singgersing Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.

Menurut Agus, harimau yang masuk ke dalam kandang jebak pada Kamis (5/3) lalu sudah dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan gabungan. Hasilnya, satwa itu diketahui berjenis kelamin betina dengan berat badan diperkirakan sekitar 40 kg dan berusia antara 14-16 bulan.

“Secara umum kondisinya terlihat sehat namun untuk kepastiannya menunggu hasil pemeriksaan sample darah dari laboratorium,” jelas Agus.

Setelah diperiksa, harimau tersebut dipindahkan kekandang evakuasi yang terletak bersebelahan dengan kandang jebak. Agus menjelaskan, rencananya harimau bakal dilepasliarkan kembali setelah harimau satu lagi tertangkap.

Hal itu dilakukan karena harimau tersebut masih anak dan berada di bawah perlindungan induknya. BKSDA bakal melepas harimau tersebut bersamaan dengan harimau yang belum tertangkap.

“Lokasi pelepasliaran direncanakan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan diupayakan sejauh mungkin dari pemukiman,” sebut Agus.

Agus menjelaskan, berdasarkan pengecekan kamera trap, terdeteksi ada tiga harimau yang terdiri dari 1 induk dan 2 pra-dewasa. Salah satu anak harimau mengalami cedera pada bagian kaki depan diduga akibat terkena jerat.

Harimau yang cedera, jelas Agus, cenderung mencari mangsa yang mudah diburu terutama ternak warga. Selain itu, lokasi konflik harimau tersebut terisolir di pemukiman dan perkebunan masyarakat.

“Pertimbangan ini menjadi dasar untuk menyelamatkan harimau yang cedera dan melakukan tindakan penyelamatan (rescue) untuk ditranslokasi ke habitat yang lebih baik. Selanjutnya, dalam melakukan rescue tersebut telah dipasang kandang jebak pada tanggal 26 Februari lalu,” ujar Agus.

Wira