Bireuen, Viralutama.co.id – Satu Travelers berinisial MH (37) warga Desa Lhok Kulam, Kecamatann Jeunieb yang baru pulang dari Sumatra Utara, ketika ingin memeriksa dirinya apakah aman dari Covid-19 malah mendapati kenyataan yang membingungkan. Masalahnya tenaga medis di RSUD dr. Fauziah mengarahkannya ke Puskesmas, dengan alasan tidak memiliki alat untuk pemeriksaan pasien kejadian ini menurut MH terjadi pada Selasa (21/4) lalu.

Menurut MH ia yang sejak beberapa bulan terakhir bekerja dan menetap di sumatra utara, pasca merebaknya Covid – 19 MH memutuskan kembali Aceh, dengan menggunakan jasa angkutan umum ia sampai di Kabupaten Bireuen pada Selasa pagi (21/4)

Setibanya di Bireuen, MH terus menuju RSUD dr. Fauziah Kabupaten Bireuen, guna melapor kepulangannya selain memeriksa kondisi kesehatannya, kata MH

MH menyebutkan, sungguh di luar dugaannya, tenaga medis malah mengarahkan dirinya untuk memeriksa diri ke puskesmas, dengan alasan tidak ada alat pemeriksaan di RSUD saat ini.

“Saya mengutip ucapan tanaga medis, bapak periksa ke puskesmas saja, karena kami tidak memiliki peralatan untuk memeriksa bapak. Dengan rasa kecewa yang teramat sangat, kemudian saya keluar dari UGD RS tersebut menuju ke kampung,” cerita MH.

Kepada wartawan Viralutama.co.id, MH menyatakan kekesalannya, bagaimana mungkin RSUD yang juga ditunjuk sebagai pusat pelayanan pasien Covid – 19 di Kabupaten Bireuen, tidak memiliki peralatan untuk memeriksa pasien yang baru pulang dari luar daerah, malah mereka menyuruh ke puskesmas yang pasti lebih minim peralatan.

“Serasa saya semakin kehilangan daya fikir sehat atau positif, hendak pulang ke rumah ada rasa keraguan memeriksa diri ke RS tiada kesimpulan, sekarang saya tidak tau harus kemana,” ungkap MH dalam nada sedih

Sementar Dirut RSUD dr.Fauziah dr. Amir Addani M.Kes, membenarkan adanya pasien yang baru pulang atas nama MH, datang melapor kepulangannya, ketika tenaga medis mengetahui MH baru pulang dari Sumatra Utara ( Zona Merah), sontak tenaga medis berhamburan menjauhi pasien,

“Dengan kondisi hari ini, siapa yang tidak takut Covid – 19, setiap hari ada yang datang ingin memeriksa terhadap kondisi diri, terutama warga yang baru pulang dari luar daerah. Namun mereka diarahkan pulangbke desa masing – masing guna melakukan Isolasi Mandiri, setelah 14 hari dan tidak ada tanda – tanda awal terindikasi, mereka dibenarkan berbaur dengan warga lain sebagaimana sebelumnya,” ujar Amir melalui telpon.

Terkait dengan fenomena yang terjadi ini, pemerhati masalah sosial yang juga dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe Hamdani, SE.,MSM yang dihubungi media ini Selasa, (05/05) mengaku terkejut mendengar kabar tersebut.

“Ini aneh, bagaimana RSUD rujukan covid bisa menolak dan malah mengarahkannya ke puskesmas yang minim peralatan? Mudah-mudahan tak benar demikian,” harap Hamdani.

“Pertanyaannya, darimana dasar tolak ukur untuk mengetahui seseorang terindikasi Covid – 19, sedang tenaga medis sendiri lari ketika pasien yang melapor berasal dari zona merah, pasien malah diarahkan untuk pemeriksaan lanjutan ke puskesmas. Ini sudah terbalik,” lanjutnya.

Menurut Hamdani tidak layak puskesmas melayani pasien yang telah ditolak oleh RSU.

“Layakkah puskesmas melayani pemeriksaan pasien yang ditolak dari RSUD, apakah logis jika RSUD tidak memiliki APD dan alat lainnya?” ujar Hamdani mempertanyakan.

“Untuk mengetahui adanya ODP hingga PDP bedasarkan sember darimana, wajar kalau pasien Covid – 19 tidak bertambah, karena tidak pernah diperiksa, pasien datang melapor terus tenaga medis lari dan menjauhi pasien, terlalu aneh negeri ini. Jangan sampai muncul kasus baru seperti kemarin semua orang baru panik,” pungkas Hamdani.(Juwaini)