FAKSI : Slogan Aceh Timur Bereh Adalah Hoax, dan Hanya Propaganda Kebohongan Besar Penguasa

Aceh Timur, Viralutama.co.id-Aktivis Front Anti Kejahatan Sosial, Ronny Hariyanto, menyatakan bahwa slogan ‘”Aceh Timur Bereh”, yang digembar – gemborkan pemerintahan yang dipimpin Bupati Aceh Timur, H.Hasballah M.Thaib, SH, alias Rocky, sebagai hoax dan terbukti hanyalah propaganda kebohongan besar belaka.

Pernyataan itu disampaikan Ronny, terkait semakin buruknya citra dan kinerja pemerintahan yang dipimpin Rocky selama dua periode ini. Mulai dari problem kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan dan prilaku pejabat yang menyimpang, tidak jelasnya nasib kesejahteraan eks kombatan dan yatim piatu, hingga berbagai problem sosial lainnya.

Bacaan Lainnya

” Makin hari semakin terkuak saja kebobrokan pemerintahan ini, kemiskinan dan pengangguran bagai tanpa solusi, aroma korupsi dimana – mana, kolusi dan nepotisme merajalela, pejabat mesum, dan pejabat pelaku kekerasan berkeliaran bagai tanpa dosa, Aset dan pendapatan Aceh Timur tidak transparan, kesejahteraan eks kombatan dan yatim – piatu tidak jelas, Aceh Timur ini dibuat macam kerajaan hitam penuh kegelapan, ibarat milik pribadi atau keluarga, yang justru jauh bertentangan dengan slogan Aceh Timur Bereh yang digembar – gemborkan itu,” kata Ronny 5 Agustus 2020.

Ronny mencontohkan, penderitaan dan kesengsaraan masyarakat Aceh Timur yang hingga kini belum berakhir, selain kemiskinan dan ketidakadilan, adalah langkanya gas elpiji, serta harga yang diberlakukan seenaknya oleh para pemain gas elpiji di Aceh Timur, yang semestinya bisa diatasi oleh Pemerintah Aceh Timur, untuk meringankan beban masyarakat, namun ia menilai hal itu jauh panggang dari api.

” Coba lihat apanya yang bereh, faktanya urusan gas elpiji saja pemerintahan Rocky hingga detik ini tidak mampu menstabilkannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai harga yang telah ditentukan, stocknya juga kerap dipermainkan, itu kan hajat hidup orang banyak, tanggungjawab pemerintah, padahal mereka beli, bukan minta gratis itu gas,” ketus putera Idi Rayeuk, berdarah Aceh Minang itu.

Selanjutnya, Ronny juga kembali menyoroti tentang ketidakjelasan informasi mengenai dana Covid 19 sebesar Rp.30,7 miliar, yang belum juga diumumkan ke publik soal rincian penggunaannya hingga saat ini.

” Kami sudah capek koar – koar mempertanyakan soal dana itu, tapi sampai detik ini belum ada penjelasan resmi pemerintah, lalu apakah itu yang disebut bereh,” tanyanya.

Dia juga menyebutkan tentang ketidakadilan hukum yang dipertontonkan kepada masyarakat, terkait ulah para pejabat mesum dan arogan, pelaku kekerasan yang hingga kini belum juga menjalani hukuman.

” Jelas – jelas itu masyarakat melihat sendiri bagaimana diskriminasi yang terjadi saat ini, bedanya perlakuan bagi para pejabat tersebut yang seolah tak tersentuh hukum, itu fakta, apa itu pantas disebut bereh, betapa kenyataan itu sangat menyakitkan, melukai perasaan dan rasa keadilan bagi rakyat,” sebut eks Ketua Forum Pers Independen Indonesia( FPII) Provinsi Aceh tersebut.

Ronny juga menyuarakan jeritan hati para usahawan Aceh Timur, yang terpaksa gulung tikar akibat ulah perusahaan pukat harimau yang diduga meraup seluruh proyek yang ada di Aceh Timur.

” Coba lihat itu banyak kontraktor mengeluh dan terpaksa gulung tikar akibat tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena diduga proyek – proyek itu dari yang kecil sampai yang besar disikat semua oleh orang yang itu – itu saja, padahal bila makin banyak kontraktor yang selamat, mereka bisa berkembang dan survive ke tingkat lanjut, jadi bukan hanya fakir – miskin saja yang menjerit di Aceh Timur ini, kelas kontraktor pun terjepit,” tegasnya.

Dia berharap para pemuka agama dan ulama memberi teguran keras pada pemerintahan Rocky, agar segera melakukan pembenahan dan menerapkan hukum syariat secara adil dan bijaksana tanpa diskriminasi.

” Kami mohon kepada para pemuka agama dan ulama kita, agar menegur pemerintahan ini, karena nampaknya mereka tidak takut hukum, tapi mungkin masih takut dan menghargai para ulama,” pungkas alumi Universitas Ekasakti itu menutup keterangannya.

Pos terkait